Filsafat Plotinus
Monday, 17 July 2017
Add Comment
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Plotinus
Thales digelari filosof pertama karena ia mengajukan
pertanyaan yang sangat mendasar tentang air. Kira-kira 800 tahun kemudian
Plotinus yang mula-mula menyusun pertanyaan tersebut, yang disebut Teori
Emanasi. Teori emanasi merupakan teori yang menyatakan bahwa Yang Maha Esa
adalah Yang paling awal. Teori Emanasi sangat penting untuk dipelajari karena
teori penciptaannya yang juga berpengaruh pada filsafat Islam.
Secara umum ajaran Plotinus disebut Plotinisme atau neo-Platinisme.
Jadi ajaran Plotinus berkaitan erat dengan ajaran Plato. Platinisme
adalah suatu sistem yang teosentris, yaitu Teosentris adalah sebuah pemikiran
dimana semua proses dalam kehidupan di muka bumi ini akan kembali kepada Tuhan.
Plotinus lahir pada
tahun 204 M di Mesir, daerah Lycopolis. Pada tahun 232 M, ia pergi ke
Alexandria untuk belajar filsafat pada guru Animonius Saccas selama 11 tahun.
Pada umur 40 tahun ia pergi ke Roma. Disana ia menjadi pemikir terkenal pada
zaman itu. Tahun 270 M ia meninggal di Minturnae, Campania, Italia. Muridnya
yang bernama Porphyry mengumpulkan tulisannya yang berjumlah 54 karangan.
Karangan dikelompokkan menjadi 6 set (ennead), tiap set berisi 9
karangan. Masing-masing set itu disebut ennead,diantaranya:
1.Ennead
pertama berisi tentang masalah etika, kebajikan, kebahagiaan,
bentuk-bentuk kebaikan, kejahatan, dan
masalah pencabutan dari kehidupan.
2.Ennead
kedua berisi tentang fisik alam semesta, bintang-bintang, potensialitas dan
aktualitas, sirkulasi gerakan, kualitas dan bentuk, dan kritik terhadap
gnostisisme.
3.Ennead
ketiga berisi tentang implikasi filsafat tentang dunia, seperti masalah iman,
kuasa Tuhan, kekekalan, waktu, dan tatanan alam.
4.Ennead
keempat berisi tentang sifat dan fungsi jiwa.
5.Ennead
kelima berisi tentang roh Ketuhanan (alam idea).
6.Ennead
keenam berisi tentang free will dan ada yang menjadi realitas.
1.Ajaran
Plotinus
2.Metafisika
Plotinus
B. Pemikiran
Filsafat Plotunus
Dalam berbagai hal, Plotinus memang bersandar pada
doktrin-doktrin Plato. Plato menganut realitas idea yang idea tersebut
merupakan idea yang umum. Sedangkan pada Plotinus, idea itu partikular.
Perbedaan mereka yang pokok ialah pada titik tekan ajaran mereka masing-masing.
1.Sistem metafisika
System metafisika Plotinus
ditandai oleh konsep transendens. Menurut pendapatnya,
didalam pikiran terdapat tiga realitas yaitu: The One, The Mind,
dan The Soul.
1.The
One (Yang
Esa) adalah Tuhan yaitu suatu realitas yang tidak mungkin dapat dipahami
melalui metode sains dan logika. The Onejuga tidak dapat didekati
melalui pengindraan dan tidak dapat dipahami lewat pemikiran logis.
2.Realitas
yang kedua yaitu Nous disebut juga mind. Mind
adalah gambaran tentang Yang Esa dan didalamnya mengandung idea-idea Plato.
Idea-idea itu merupakan bentuk asli objek-objek. Kandungan Nous adalah
benar-benar kesatuan. Untuk menghayatinya kita mesti melalui permenungan.
3.The
Soul yaitu
realitas ketiga dalam filsafat Plotinus . Soul itu mengandung
satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua
aspek, yaitu energi dibelakang dunia dan pada waktu yang sama
ia adalah bentuk-bentuk alam semesta. Jiwa manusia juga
mempunyai dua aspek, yaitu intelek yang tunduk pada reinkarnasi dan irrasional.
Teori tentang tiga realitas ini mengingatkan kita pada
teologi Tritinas yang dianut oleh Kristen, tampak sekali banyak persamaannya.
Teologi Tritinas itu pada masa Plotinus memang sedang dalam perumusannya.
Pusat doktrin tentang tuhan dalam agama Kristen adalah Tuhan
berada didalam Tiga Pribadi, yaitu Bapak, Anak dan Roh Kudus. Akan tetapi, pada
waktu yang sama Gereja Kristen menyatakan bahwa Tuhan itu Esa dalam
substansinya (zat). Hal itu merupakan misteri yang berada diatas pemahaman akal
logis manusia. Orang Kristen mengaggap Esa dalam Tiga Pribadi itu bukanlah
suatu konsep yang berlawanan dengan akal logis, melainkan suatu konsep yang
tidak dapat dipahami dengan akal logis.
Dalam ajaran Plotinus , jiwa tidak bergantung pada materi,
atau dengan kata lain jiwa aktif dan materi bersifat pasif. Oleh karena itu
jiwa merupakan esensi tubuh material. Tubuh dengan segala keterbatasannya ini
berisi prinsip-prinsip ketiadaan dan penuh kejahatan. Ia mempunyai jarak yang
jauh dari yang Maha Esa. Meskipun Plotinus berpendapat demikian bukan
lantas mengabaikan jasad seperti orang-orang gnostik. Tentang penciptaan,
Plotinus berpendapat bahwa Yang Paling Awal merupakan Sebab yang Pertama.
Disini mulailah Plotinus memulai teori emanasinya yang belum pernah
diajukan oleh filosof lainnya. Tujuan dari teori ini untuk meniadakan anggapan
keberadaan Tuhan sebanyak makhlukNya.
Alam
ini diciptakan melalui proses emanasi yang berlangsung tidak dalam waktu. Sebab
ruang dan waktu terletak pada tingkat terbawah dari emanasi, ruang dan waktu
adalah pengertian dalam dunia yang lahir. Dalam emanasi The One (Yang Esa)
tidak mengalami perubahan. Yang Esa adalah semuanya, tetapi tidak mengandung di
dalamnya satu pun dari barang yang banyak (makhluk). Dasar makhluk tidak
mungkin kalau makhluk itu sendiri, akan tetapi Yang Esalah yang menjadi dasar
semua makhluk. Di dalam filsafat klasik Yang Esa itu dikatakan sebagai
penggerak yang pertama (al-muharrik al-awwal), yang berakibat Yang Esa
didiskripsikan berada di luar alam nyata. Dalam emanasi Plotinus alam ini
terjadi dari Yang Melimpah, yang mengalir itu tetap menjadi bagian Yang
Melimpah. Sehingga dapat disimpulkan dari teori Plotinus bahwa alam
berada dalam Tuhan. Hubungannya sama dengan hubungan suatu benda dengan
bayangannya. Makin jauh yang mengalir dari Yang Asal, maka makin tidak sempurna
ia. Alam ini merupakan bayangan yang asal akan tetapi tidak sempurna seperti
halnya Yang Asal.
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa corak filsafat Plotinus berkisar pada konsep Yang Satu. Artinya, semua yang ada bersumber dan akan kembali kepada Yang Satu. Oleh karenanya dalam realitas seluruhnya terdapat dua gerakan, yaitu:
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa corak filsafat Plotinus berkisar pada konsep Yang Satu. Artinya, semua yang ada bersumber dan akan kembali kepada Yang Satu. Oleh karenanya dalam realitas seluruhnya terdapat dua gerakan, yaitu:
1.
Dari atas ke bawah.
Teori yang pertama ini dapat digambarkan sebagaimana dalam
emanasi. Pancaran dari Yang Satu memancar menjadi budi (nus). Akal Budi ini
sama dengan ide-ide Plato yang dianggap Plotinus sebagai intelek yang
memikirkan dirinya. Jadi akal budi sudah tidak satu lagi. Hal ini karena dalam
akal budi terdapat dualisme (pemikiran dan yang difikirkan). Dari akal budi itu
muncullah Jiwa Dunia (psykhe). Akhirnya dari jiwa dunia ini mengeluarkan materi
(hyle) yang bersama dengan jiwa dunia merupakan jagat raya. Karena materi
memiliki tingkatan paling rendah, maka ia berupa makhluk yang paling kurang
sempurna dan sumber-sumber kejahatan.
2.
Dari bawah ke atas
Teori kedua ini dapat pula
dikatakan dengan kebersatuan dengan Yang Satu. Inilah yang menjadi tujuan dari
filsafat yang dikonsep oleh Plotinus. Pada bagian kedua ini jiwa manusia harus
memusatkan diri kepada diri sendiri terlebih dahulu, meninggalkan kesenangan
obyek-obyek panca indera serta menaikkan alam pemikirannya kepada alam
pemikiran ke-Tuhan-nan. Dengan demikian jiwa bisa mencapai alam jiwa-akal
Mutlak (spirit-Nous). Fase terakhir dari perjalanan menuju ketuhanan hanya bisa
dicapai dengan mistik atau semedi (estatic-mystical experience) yang
oleh Plotinus disebut dengan istilah terbang dari pribadi ke
Pribadi (the flight of the alone to Alone) artinya menuju
kepada Tuhan. Demikian corak mistik dan agama pemikiran Plotinus . Pemikiran
tersebut kemudian oleh St. Agustinus dan Dyonisius ke dalam ajaran agama
Masehi, dan dengan demikian Plotinus dianggap sebagai bapak mistik barat.
2.Tentang ilmu
Idea keilmuan tidak begitu maju pada Plotinus, ia menganggap
sains lebih rendah dari pada metafisika, metafisika lebih rendah dari pada
keimanan. Surga lebih berarti dari pada bumi sebab surga itu tempat
peristirahatan jiwa yang mulia. Bintang-bintang adalah tempat tinggal
dewa-dewa. Ia juga mengakui adanya hantu-hantu yang bertempat diantara bumi dan
bintang-bintang. Semuanya ini memperlihatkan rendahnya mutu sains Plotinus
Plotinus
dapat disebut sebagai musuh naturalisme. Ia membedakan dengan tegas antara
tubuh dan jiwa. Jiwa menurutnya tidak bisa diterjemahkan kedalam ukuran
badaniah.
3.
Tentang jiwa
Menurutnya jiwa adalah suatu kekuatan ilahiyah dan merupakan
sumber kekekalan. Alam semesta berada dalam satu jiwa dunia. Jiwa tidak dapat
dibagi secara kuantitatif karena jiwa adalah sesuatu yang satu. Satu disini
dapat diartikan dalam setiap individu terdapat jiwa, sehingga jiwa berjumlah
sangat banyak. Dari jiwa dengan jumlah yang sangat banyak tadi, antara jiwa
yang satu dan lainnya memiliki kesatuan.
Dalam filsafat Plotinus dikemukakan pula adanya reinkarnasi
sebagaimana dalam teori filsafat Plato. Selain itu jiwa telah ada sebelum
keberadaan jasmani, sehingga jiwa bersifat kekal. Reinkarnasi ditentukan oleh
perilaku manusia pada saat hidupnya dan hanya jiwa yang kotor sajalah yang
mengalami reinkarnasi. hal ini dikarenakan jiwa yang bersih dan tidak ada
ikatan dengan dunia ia akan bersatu dengan Tuhan. Menurutnya jiwa yang tinggi
adalah jiwa yang tidak mengingat apa-apa kecuali Yang Tinggi.jararan Plotinus
tentang jiwa adalah dasar teorinya tentang hidup yang praktis dan moral menurut
pendapatnya, bendada itu karena tidak terpengaruh oleh yang satu, yang baik,
adalah pangakal dari yang jahat.
Juga dalilnya ini menimbukan kesulitan terhadap ajaran pokok
Plotinus. Apabila benda dihasilkan oleh jiwa, maka dengan sendirinya timbul
pertanyaan: apakah jiwa itu tidak bersalah dalam hal kejahatan benda itu?
Menurut Plotinus jiwa itu tidak lansunngbersalah. Seperti
telah diterangkan tadi, jiwa itu mempunyai dua macam hubungan. Keatas dank e
bawah. Ke atas ia berhubungan dengan akal, dank arena itu ia adalah “makhluk”
yamg berpikir dan menerima dari akal itu idea yang kekal. Kebawah ia
berhubungan dengan dunia benda yang diibentuknya menurut idea yang dating dari
atas. Oleh karena jiwa melahirka dnia benda yang rendah itu menutut contoh
daripada akal, dari atas, ia menjadi sebab bahwa kosmos, alam besaar itu
menjadi keseluruhan yang besar sekali dan hidup. Jiwa adalah hubungan dari
semuanya , dari segala tigkatan hidup, dari yang paling atas sampai yang paling
bawah seperti kosmos, bintang-bintang, syetan, manusia, binatang, tanaman.
Semua makhluk tu serupa. Jiwa masing-masing itu ada dalam jiwa dunia. Semua itu
sebenarnya tidak lain daripada idea waktu lahir dari akal.
Lahinya susunan yang
bertingkat-tingkatdalam alam, yang naik dari benda yang tidak orgonis sampai
kepada manusia dan diatas itu kepada manusia dan diatas itu kepada setan,
bintang-bintang, disebabkan jiwa itu menumpahkan tenaganya kepada materi,
setelah ternyata benda itu sanngup menerima tenaga hidup dan berapa banyaknya .
oleh karena itu di dalam aam ini terdapat alam ala mini berbagai macam makhluk
yang mengandung dalamnya banyak atau sedikit daripada tenaga hidup itu. Sebab
itu terdapat dunia berbagai macam makhlukyang bertanaga jiwa, disini banyak
disana sedikit. Jiwa dunia sendiri utuh tidak terbagi-bagi. Oleh karena tidak
tdak terbagi-bagi, jiwa dunia itu ada selama-lamanya. Denagnmelenyapnya jiwa
dunia itu kedalam kosmos,seluruh kosmos itu berjiwa dan hidup.oelh karena itu
semuanya merasakan pertalian jiwa, terkait satu sama lain.kosmos seluruhnya itu
tidak jahat karena karena pengaruh materi yang menjadi baginya.hanya materi,
benda itu bisa menjadi dasardaripada kejahatan karena pengaruhnya terhadap
penghiuopan manusia.
Sekarang dikemukakan pertanyaan plotunus suatu pertanyaan
pokok: apa sebab jiwa-jiwa itu yang pada dasarnya dating dari Tuhan, jadinya
“makhluk” yang ideal,melupakan Tuhan dan lupa pula pada diri sendiri ?
Plotinus mejawab: mula kejahatan timbul pada mereka yang
menjadi sombong dan dan ingin mencapai tanda kebesaran untuk diri sendiri.
Karena jiwa-jiwa itu merasa bangga atas keadaannya berdiri sendiri dan suka
memperguakan kesempatan untuk keluar dari jalan hidupnya, menempuh jalan yang
sebaliknya, mereka terpisah jauh sekal dari alam asalnya. Tabiat jiwa yang
kesasar itu seruoa dengan sikap kanak-kanak , yang dari kecil terpisah dari
bapaknya dan hidup serta dibesarkan di Negara lain. Dia itu tiak lagi kenal
dengan bapaknya dan dirinya sendiri . karena jiwa-jiwa itu mengagumi dunia dan
dan mengtamakan benda, mereka merendahkan harga diri sendiri dari barang-barang dunia ini. Itulah sebab
mereka tidak kenal lagi kepada dunia asal dan tidak sanggup lagi menerima dalam
dirinya sifat dan tenaga Tuhan.
Jiwa satu-satunya itu adalah bagian daripada jiwa dunia yang
mempunyai ppembawaan untuk bebas bertindak.masuknya jiwa kedalam badan adalah
satu kemestian yang tidak dapat dihindarkan, tetapi menjiwai badan itu adalah
suatu tindakan bebas daripada jiwa dunia.huum alam umum terasa olehnya suatu
dorongan alamiah. Dorongan alamiah inilah yang disebut oleh manusia
“kemerdekaan”. Kemerdekaan dan kemestian bukanlah dua hal yang bertentangan
dalam pendapat Plotinus. Di sini kelihatan pengaruh pandangan kaum Stoa, tetapi
disesuaikan ke dalam rangka mistik Plotinus. Kemerdekaan dan kemestian adalah
dua segi dari badan ang satu.
Karena hubungannya dengan benda dan menjiwai badan manusia,
jiwa masing-masing manusia itu lupa akan kebesaran nilai dan ketinggian
asalnya. Ia terikat kepada benda dan ingatannya kepada yang Satu, Yaang Baik,
kepada Tuhan hilang. Sekalipun jiwa manusia tidak dapat melepaskan diri sama
sekali dari ikatannya kepada Tuhan, tetapi kerena ia lupa kepada yang baik, ia
menjahkan diri kepada Tuhan. Daripada mencari Tuhan ia mencari barang-barang
yang diingininya, barang-barang jauh sekali sekali dibaeah derajatnaya. Oleh
karena ia terikat kepada barang, ia tidak. Lagi merdeka menurut dorongan
alamiah.
Hubungan jiwa dan benda diterangkan oleh Plotinus sebagai
berikut. Jiwa yang pada hakikatnya “makhluk” ruhaniah tidak dapa dikurung oleh
benda meliputi yang lebih rendah. Yang lebih rendah itu adalah suatu limpahan
dari yang lebih tinggi. Hubungan seperti itu terdapat pula pada hubungan jiwa
dan badan. Karena itu dalam badan manusia terdapat dua bagian yang berbeda
samaa sekali. Pertama,materi yang dilahirkan oeh jiwa dunia menurut
kepastian emanasi. kedua cahaya jiwa dunia dalam benda yang sudah
ilahirkan jiwa ini yang bercahaya masuk ke dalam badan tidak lain daripada
gambaran cahaya daripada baying jiwa dunia yang sebenarnya. keininan,
kesedihan, kesenangan dan pemendangan tak lain daripada pengeleman dan
pemandangan daripada bayanagn jiwa tadi. Jiwa yang sebenarnya, yang masih
rohaniah, tidak menderita sedkit juga denagn “aku”nya yang bersih mausia dapat
mencapai yang jauh lebih tinggi daripada materi, mencapai alam rohaniah. Tetapi
pada”aku” rohaniyah yang sucu tadi bergantung pula “aku” yang buas, yang
menarik,yang tinggi tadi kebawah. Sbaliknya, “aku” rohaniyah yang lebih tinggi
tadi menarik yang rendah itu keatas. Pada”aku” rohaniyah yang suci tidak
terdapat kesenangan dan beban yang ada pada “aku” yang lebih rendah yang buas.
Denagn jalan begitu Plotinus mengajarkan bahwa dosa dan
keburukan, kejahatan dan kebengisan hanya ada pada keadaan dan perbuatan “aku”
yang rendah. Tidak ada pada jiwa yang murni.
Bagian jiwa yang murni yang atas terdiri daripada logos dan
nus, iran dan akal, yang satu sama lain berhubungan sebagai benda dan bentuk.
Logos kerjanya mencari ia senantiasa berpikir, kalau ia meerima cahaya dari
nus, dari akal.dari akal diterimanya ide-ide yang kekal.denagn perantaraan
logos itu jiwa hanya dapat melakukan tugasnya yang mulia, kembali pada tuhan
apabila ia data melenyapkan dirinya dari hidup keduniaan dan mencoba hidup daam
alam rohaniah denag jalan begitu ia akan menempu jalan ke atassetingkat demi
setingkat dan akhirnya sampai kepada yang SATU, yang baik.
Selama jiwa itu terikat kepada badan, kepada benda, sukar
sekali ia mencapai tujuan yang cuci yaitu sama dengan tuhan mengalir kembali
keasal yang SATU.
Sesudah mati, apabila jiwa itu leas dari badan, jala keatas
itu lebih mudah. Tetapi, apabila jiwa itu benar-benar akan merebut kembali
kesenangan hidup dalam alam asal itu, dalam dunia sekarang inilah ia harus
melatih diri dengan hidup sederhana dan terus meerus menjauhkan diri dari hidup
keduaniaan karena alu jiwa dalam dunia ini terlalu terikat kepada benda,
sesudah mati ia belum sanggup lagi melepaskan diri dari kebendaan dan haruslah
ia masuk lagi kedalam badan lain. Ia akan hidup kembali sebagai tanaman,
sebagai binatang atau manusia menurut tinggi-rendah derajat kedurhakaannya.
4.
Etika dan Estetika
Etika Plotinus dimulai dengan pandangannya tentang
politik. Yaitu setiap warga Negara dalam dunia politik harus menjalankan
tugas-tugasnya sekalipun tidak tidak tertarik di dalamnya. Plotinus tidak
menganggap tinggi kehidupan bertapa, tetapi perenunganlah yang lebih penting.
Dan ini bertentangan dengan pengikutnya yaitu Augustinus.
Dalam persoalan ini ia membahas masalah kebebasan
berkehendak. Manusia mempunyai kebebasan tetapi tidak dapat dipahami secara
lahiriah. Dalam memilih antara yang baik dan yang jahat, kita bebas untuk
memilihnya. Dengan demikian, plotinus brpendapat bahwa jiwa itu bebas karena
jiwa manusia sebagian dari jiwa ilahi. Artinya, segala perbuatan harus disertai
dengan tanggung jawab sebagai konsekuensi kebebasan tersebut. Untuk memperoleh
kemampuan memilih yang baik, kita harus digerakkan oleh cinta. Yaitu dalam
memilih pilihan yang baik harus disertai rasa suka terhadap pilihan tersebut.
Begitu juga dengan keindahan, ia memiliki pengertian
spiritual. Karena itu, estetika dekat dengan kehidupan moral.keindahan menunjukkan
hubungan dengan Tuhan Yang Maha Sempurna. Sesuatu dianggap indah karena ada
prinsip yang bekerja di dalamnya, yaitu prinsip kesadaran yang bersatu dengan jiwa.
Konsep keindahan pada Plotinus berhubungan juga dengan
pandangannya tentang kejahatan. Menurut Plotinus , kejahatan tidak mempunyai
realitas metafisis. Plotinus berpendapaat bahwa antara keindahan di bumi dan
langit terdapat hubungan. Sesuatu akan indah jika mengikuti bentuk ideal.
Penciptaan keindahan harus melalui komunikasi pikiran yang mengalir dari Tuhan.
Maka, keindahan tertinggi serta sumber keindahan adalah Tuhan. Konsep keindahan
Plotinus berhubungan dengan pandangan tentang kejahatan. Menurut Plotinus,
kejahatan tidak mempunyai realitas metafisis. Yaitu, kejahatan adalah sekedar
syarat kesempurnaan alam.
5.
Bersatu dengan Tuhan
Tujuan filsafat Plotinus ialah tercapainya kebersatuan
dengan Tuhan. Caranya dengan mengenal alam melalui alat indera kemudian dengan
ini kita mengenal keagungan Tuhan, yang menghantarkan kita menuju jiwa dunia,
setelah itu menuju jiwa ilahiah. Jadi perenungan dimulai dari perenungan
tentang alam menuju jiwa ilahi. Obyeknya dari yang jamak lalu kepada yang satu.
Dalam perenungan terakhir terjadi keintiman. Sehingga tidak terpisah lagi
antara yang merenung dan yang direnungkan yaitu antara diri manusia dan Tuhan.
Yang hendak dicapai adalah prinsip realitas; itu ada di dalam
yang satu. Kita dapat mengenal itu dengan kemampuan yang ada pada kita; itu
merupakan kebijaksanaan yang ada padi diri kita dari DIA. Di dalam kita ada
sesuatu seperti DIA. Dimanapun engkau bereda engkau berhadapan dengan
ke-ada-an-Nya. Engkau mrasakan DIA ada di dalm engkau.dengan cara ini jiwa akan
sampai pada prinsip relitas ; demikian Plotinus pada tingakat terakhi ini tida
ada lagi keterpisahan, tidak ada lagi jarak, tidak ada kesadaran tentang ruang
dan waktu, tidak ada lagi kesadaran tentang kejamakan; keadaan itu mengatasi
semua karegori. Itu suatu keadaan yang jarang terjadi bahka Plotinus pun hanya
mengalami beberapa kali. Caranya mudah saja menyucikan roh. Benda di sekitar
kita diabaikan sama sekali.jiwa semata idup di alam pikiran dan alam roh. Hanya
itu car bersatu dengan tuhan itu hanya dapat dilakukan dengan mengembangkan
perasaan, keluar dari diri sendiri; inilah yang dimaksud dengan extace.
Filsafat tidak dapat menjelaskan hal itu sebaiknya kita menerimanya dengan diam
dan merealisasikannya dalam kehidupan. Pengalaman mistik itu berada di atas
akal.
C.hubungan filsafat
Plotinus dengan pemikiran filsof mslim
Teori neo-Platonisme memiliki pengaruh yagn besar dalam dunia
fisafat. Kosmologi Plotinus termasuk tinggi, terutama dlam hal kedalaman
spekulasinya dan daya imajinasinya. Pandangan mistis merupkan ciri filsafatnya,
usahanya untuk mmahami realitas spiritual cukup gigih. Dlam perbandingannya
dengan Teori Augustinus, akan ada persamaan dan perbedaan di dalamanya dan dari
keduanya akan sulit untuk menetapkan argumen. Teori ini sangat besar
pengaruhnya pada filosof muslim. yang paling kuat. Misalnya, teori tentang
penciptaan pertama yaitu Emanasi adalah teori yang berani. Tidak ada filosof
yang mengemukakan teori itu sebelum ia mengemukakannya Sampai hari ini belum
ada teori yang memuaskan tentang asal-usul semesta selain teori emanasi secara
filosofis. Ajaran kebersatuan dengan tuhan mengingatkan kita pada teori yang
dikembangkan oleh para sufi muslim, seperti Al-Hallaj, Abu Yazid Al Bisthomi,
Ibn Al-Arabi, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Hatta,
Muhammad, 1920-1980, Alam Pemikiran Yunani, Jakarta: Universitas Indonesia
(UI-Pers)
Prof.
dr. Ahmad Tafsir, 1990, Filsafat Umum, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
0 Response to "Filsafat Plotinus"
Post a comment